Jumat, Juli 24, 2009

Arsitektur Gaya IndoEropa di Indonesia

Oleh Erick Rinaldo

Menilik keberadaan gaya IndoEuropean pada arsitektur Indonesia tak terlepas dari korelasinya dengan arsitektur nusantara disaat keberadaan kolonial Belanda di Indonesia. Pada dasarnya gaya IndoEuropean yang muncul sekitar 1920-30an di Hindia Belanda (indonesia sekarang) merupakan bangunan yang secara fisiknya merupakan penggabungan dari unsur-unsur tradisional arsitektur nusantara dengan sentuhan arsitektur modern yang pada saat itu dibawa oleh pemerintahan kolonial Belanda. Akan tetapi terdapat penyesuaian pada unsur-unsurnya dikarenakan faktor iklim, bahan bangunan, serta teknologi yang dipakai pada zaman tersebut.

Sebagai contoh bangunan bergaya IndoEropa adalah Gedung Technisch Hogeschool Bandung(1919) yang dirancang oleh Henri Maclaine Pont ( ITB sekarang). Lahirnya gaya ini, merupakan sebuah usaha pencarian gaya baru, yang mencitrakan hubungan yang harmonis antara gaya barat dan ketimuran di Indonesia.
Keberadaan gaya IndoEropa pada gedung ITB ini, tak lepas juga dari keberadaan geografis bangunannya yang berada di Pulau Jawa.

Dimana secara geografis pulau ini mempunyai posisi yang khas, dimana mendapat berbagai pengaruh baik dari kebudayaan hindu, budha, cina, islam dan barat. Sehingga, keberadaan arsitektur IndoEropa itu sendiri, termasuk gedung ITB sebagai contoh karya arsitekturnya mendapat pengaruh dari berbagai transformasi kebudayaan tersebut. Akan tetapi, transformasinya bukan cenderung merusak budaya atau gaya arsitektur khas yang telah ada. Namun mempertahankan dengan sedikit menambah dan memperkaya keberadaan unsur-unsur utama yang telah ada pada bangunan tersebut. Jadi pada bangunan ITB bisa disebut sebagai proses transformasi gaya arsitektural yang konformatif (cocok) bukan malah bertentangan.

Seperti yang terlihat pada gambar terlihat bahwa terdapat unsur dominan yang utama yaitu penggunaan atap-atap yang menggunakan gaya arsitektur sunda. Akan tetapi unsur utama tersebut kemudian tidak terlepas juga dengan adanya sedikit sentuhan eropa dengan penggunaan material beton sebagai dindingnya serta berbagai teknologi bangunannya yang mengadopsi cara eropa khusunya belanda. Dari sini kita bisa mengetahui bahwa pada gaya IndoEropa khususnya di bangunan ITB ini, gaya tradisional dan modern barat ternyata saling bersinergis membentuk suatu kesatuan yang mempunyai konformitas. Sehingga menghasilkan gaya yang baru pada perkembangan arsitektur di Indonesia.






Sumber : Jurnal Ilmiah DIMENSI ARSITEKTUR VOL.26-DESEMBER 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar