Sabtu, Juli 11, 2009

Mencari Arsitektur Indonesia

Menggelitik dan sarat makna adalah kesan pertama yang saya tangkap ketika melihat gambar dibawah ini. Pencitraan yang coba menampilkan sulitnya mencari arsitektur yang benar-benar Indonesia di tengah kegelapan dan hanya bermodalkan senter kecil seadanya. Seperti mencari sebatang jarum dalam tumpukan ijuk, rumit dan membingungkan. Inilah mungkin analogi yang tepat, di antara keragaman budaya dan kekayaan warisan bangsa Indonesia, dimana arsitektur adalah salah satu bagian di dalamnya justru kemudian memunculkan berbagai pertanyaan serta kesimpangsiuran dalam pendefinisian jati diri arsitektur Indonesia itu sendiri. Kesimpangsiuran tersebut berujung pada bermunculannya pertanyaan seperti benarkah arsitektur Indonesia itu ada dan hadir dalam perkembangan budaya bangsa ini ? Kalau ada, yang mana ? Apakah arsitektur tradisional yang tersebar di seluruh nusantara dari Sabang sampai Merauke, atau realitas arsitektur sekarang yang berjalan dan berproses dari masa lalu, sekarang hingga masa depan ?
Photobucket
Mencari pengertian dan objek dari arsitektur Indonesia itu sendiri adalah menarik benang merah dari kepribadian dan spirit yang terdapat dalam arsitektur yang ada di nusantara. Memang pendapat yang masih abstrak dan prematur ketika kita memvonis bahwa segala arsitektur yang dilakukan oleh orang Indonesia sebagai bagian Arsitektur Indonesia. Hal ini dikarenakan keberadaan arsitektur itu sendiri yang sebenarnya terkait dengan dimensi waktu yang terus berputar dari masa lalu, masa sekarang dan masa depan serta sense of place dari arsitektur itu sendiri. Selain itu, kekayaan khasanah arsitektur di seluruh nusantara memberikan keragaman pemikiran yang justru mempersulit dalam menentukan titik temu arsitektur Indonesia itu sendiri.

Keragaman opini dan pemikiran serta nilai, semangat dan kepribadian bangsa Indonesia dalam ranah arsitektur tersebut sebenarnya membuktikan bahwa sebenarnya arsitektur indonesia itu ada dan benar hadirnya. Arsitektur yang pastinya benar benar memiliki kekhasan dan bersifat unik dan di dalamnya tertuang nilai kepribadian bangsa serta spirit ke Indonesian-nya. Selain itu, keberadaannya dapat dilihat dari segi filosofis, substansial serta aspek teknis sehingga arsitektur Indonesia itu lahir. Jika kita ingin memperjelas pengertiannya, mungkin bisa disebutkan sebagai Arsitektur Khas Indonesia, dimana yang hal-hal substansial, filosofis serta teknisnya didasarkan atas karakter dan kepribadian Indonesia.

Ketika mendalami arsitektur sebagai bagian dari ranah keilmuan, kita senatiasa berkiblat pada karya besar bangsa Barat. Apakah kekayaan arsitektur kita tak cukup besar untuk diekspos dan digali secara mendalam. Sebenarnya jawaban itu ada pada diri kita. Arsitektur yang ada di Indonesia seringkali dianggap tidak memiliki kejelasan pandangan tertentu dalam desain dan penggubahan arsitektur karena tidak didasarkan pada prinsip yang rasional dan baku. Padahal sama saja sebenarnya dengan apa yang dilakukan pada arsitektur klasik di Eropa, yang tak lepas dari aturan komposisi, proporsi, kemegahan serta keindahan. Selain itu arsitektur Indonesia tak serta merta dilahirkan melalui proses naluriah dan kebiasaan semata. Melainkan melalui sebuah penghayatan dan penanaman nilai filosofis dan kosmologis dalam budaya kita yang membentuk komposisi, proporsi, serta nilai kemegahan dan keindahannya.

Arsitektur yang ada dan dimiliki bangsa kita bisa saja lebih besar dan tersohor daripada pemikiran barat yang telah mendominasi saat ini. Namun, pada kenyataannya kita tidak cukup kuat untuk mempertahankan keberadaannya. Kita cenderung tidak tahu mau dibawa kemana arsitektur kita itu sendiri. Hal ini dikarenakan keberadaan arsitektur khas Indonesia itu sendiri belum mengakar kuat dalam penjiwaan bangsa Indonesia sehingga begitu rentan mendapat terpaan dan sentuhan dari gaya arsitektur asing yang sebenarnya tidak mempunyai spirit serta sense of place terhadap arsitektur Indonesia itu sendiri. Hal ini justru berujung pada tempel menempel style dalam arsitektur. Klimaksnya berakibat pada kesembrawutan dalam khasanah arsitektur Indonesia di masa ini.

Hal itu tak dapat dipungiri, karena pengaruh keberadaan asing yang menjajah Indonesia selama beratus tahun. Itulah fakta yang kemudian malah mempersulit kita dalam mencari kebenaran dan kearifan dari arsitektur lokal khas Indonesia itu sendiri. Ketidakkuatan kita dalam menjaga, menghayati dan menerapkan kekayaan arsitektur kita justru menjerumuskan kita pada langgam arsitektur yang sebenarnya bukan milik dan kepribadian kita.

Photobucket
Pada masa sekarang banyak kita lihat rumah mewah, hotel dan sederetan mall besar Indonesia, yang tak bernuansa Indonesia sama sekali. Menempelkan gaya gaya klasik dengan deretan kolom kolom dorik dan ioniknya untuk kemudian mencitrakannya sebagai sebuah bangunan arsitektur yang mewah, bergengsi dan modern. Padahal, jauh dari pada itu, spirit dari arsitekturnya itu sendiri hilang, yang ada hanya tempelan dan kemegahan yang semu.

Alangkah baiknya, karya arsitektur Indonesia yang senantiasa memakai nama besar Indonesia, juga mencitrakan arsitektur khas Indonesia itu sendiri, walaupun tidak harus memasukkan unsur tradisional secara menyeluruh dan dipaksakan. Sehingga jika kita melihat dan mendengar nama plaza Indonesia, hotel Indonesia, bank Indonesia, grand Indonesia dan sebagainya, setidaknya dapat merepresentasikan arsitektur khas indonesia itu sendiri. Agar Indonesia tidak salah kaprah dalam style dan gaya arsitektur barat tertentu. Misalnya Wisma Nusantara yang dibangun, tidak memperlihatkan nilai ke-nusantaraannya sama sekali, melainkan gaya International style yang diekspos dengan jelas. Paradigma tentang arsitektur barat sebagai landasan dalam membangun arsitektur yang terbaik masih melekat jelas. Padahal jika kita gali secara mendalam dengan penghayatan nilai dan kearifan lokal arsitektur Indonesia, kita dapat memperkaya khasanah arsitektur kita sendiri. Ketimbang mencomot gaya gaya yang kita tidak tahu spirit maupun nilai filosofisnya apakah sesuai dengan tempat dimana dia direperesentasikan ulang atau tidak.

Seperti yang disampaikan Budi Sukada, ketika memberikan kuliah di Jurusan Arsitektur UI, bahwa kompleks bangunan UI bisa dijadikan contoh bagaimana memasukkan nilai tradisional Indonesia dalam kemasan modern yang dinamis. Hal yang seharusnya juga bisa dilakukan oleh arsitek besar bangsa ini tentunya. Sebuah contoh, keharmonisan antara tuntutan untuk tetap mengedepankan unsur Indonesia pada karya arsitektur, namun tetap dengan mengedepankan spirit zaman pada saat dia dibangun. Inilah seharusnya yang bisa dilakukan dan terus digali.

Kebenaran tentang arsitektur khas Indonesia akan dibuktikan dan berkembang melalui sejarah. Sejarah yang memiliki hubungan antara masa lalu, sekarang dan masa depan adalah hal yang harus terus bergulir. Pertentangan antara ide yang saling melawan dan menyatu akan memunculkan ide yang baru. Hasrat untuk menampilkan arsitektur modern di Indonesia serta kesadaran untuk menciptakan arsitektur yang tetap berkepribadian bangsa Indonesia sebisa mungkin tidak terus menerus dijadikan sebuah halangan dan pertentangan.

Adapun tugas kita sebagai arsitek, kemudian adalah untuk mencoba melahirkan terobosan baru dari dua hal tersebut menjadi suatu ide yang tidak saling berseberangan melainkan menjadi ide yang harmonis. Ide yang kemudian menghasilkan corak tertentu yang memuaskan kerinduan masyarakat akan arsitektur Indonesia yang sebenarnya namun tetap mengikuti realitas dan spirit zaman yang ada di masa sekarang . Sehingga kita bukanlah orang yang melupakan sejarah masa lalu, namun juga tidak dianggap sebagai orang yang tidak realistis terhadap fakta zaman yang bergulir. Memahami arsitektur bangsa kita, akan membuat kita bangga menjadi bagian dari bangsa yang besar ini.








Sumber :
Wiranto ; ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA : Perannya Dalam Pengembangan Jati Diri ;Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur - Universias Diponegoro

Antariksa; Wajah Indonesia yang Resah ; (Harian Seputar Indonesia 27 April 1985
Andi Karina Deapati Mahasiswa Aristektur Tingkat Akhir Universitas Indonesia; ( KOMPAS, 15 Februari 2009)
articles by astudio ; Mengapa arsitektur khas Indonesia pantas untuk diperjuangkan? 05 Jan 2007

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar